Makalah SPi Islam Masa Daulat Bani Abbasiyah



SEJARAH PERADABAN ISLAM
Islam Masa Daulat Bani Abbasiyah
Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban islam

Dosen Matakuliah SPI :
Dr. Fadil SJ, M.Ag.




Disusun oleh:
Khamim Muhammad Ma’rifatulloh





JURUSAN SYARIAH
FAKULTAS AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN AJARAN 2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Hal ini berlaku pula bagi kita para mahasiswa UIN Sunan Kalijaga untuk tidak hanya sekedar paham sains tapi juga paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu untuk menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
1.1 Latar Belakang
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Hal ini berlaku pula bagi kita para mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk tidak hanya sekedar paham tentang masalah Hukum tapi juga paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu untuk menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang pembahasan masa dinasti (daulah) Abbasiyah.

1.2        Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana kemunculan daulah Abbasiyah ?
2.      Bagaimanakah masa kejayaaan daulah Abbasiyah ?
3.      Bagaimanakah Perkembangan Ilmu dan Ilmuan yang Berpengaruh pada Masa daulah Abbasiyah ?
4.      Bagaimanakah sebab-sebab kemunduran daulah Abbasiyah ?
1.3       Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah atau karya tulis ini adalah sebagaimana berikut :
1.      Untuk mengetahui kemunculan daulah Abbasiyah.
2.      Untuk mengetahui masa kejayaaan daulah Abbasiyah.
3.      Untuk mengetahui Perkembangan Ilmu dan Ilmuan yang Berpengaruh pada Masa daulah Abbasiyah
4.      Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran daulah Abbasiyah.

1.4       Manfaat Penulisan

1.      Memberi pengetahuan baru tentang daulah Abbasiyah.
2.      Memberi cakrawala baru pada pembaca perihal daulah Abbasiyah.
3.      Member pengetahuan baru kepada pembaca perihal daulah Abbasiyah..
4.      membahas mengenai pada masa khalifah siapakah masa kejayaan itu terjadi dan prestasi apa saja yang pernah diraih.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Kemunculan Daulah Abbasiyah
Khilafah Bani Abbas atau Khilafah Abbasiyah , sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan Dinasti  Bani Umayyah.  Dinamakan Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW.  Dinasti Abbasiyah dipimpin pertama kali oleh Abdullah As-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas.  Kekuasaan Bani Abbas ini berlangsung dalam rentang waktu yang panjang lebih dari 5 abad, dari tahun 132 H/656 H sampai 750 M/1258 M.  Yang tokoh-tokoh pendirinya adalah Ibrahim bin Muhammad (wafat sebelum berdirinya Daulah Abbasiyah), Abdullah bin Muhammad As-Saffah (adik Ibrahim), Abu Muslim Al-Khurasani (Panglima perang Khurasan).
            Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah  terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk menegakan Dinasti Abbasiyah yaitu Humaimah, Kufah, Khurasan.
            Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah.  Para pemerang Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.  Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia.  Akan tetapi, imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Ummayah terakhir, Marwan bin Muhammad.  Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya diekskusi.  Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kufah.  Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.  Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
            Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di usir ke Wasit.  Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukan pada tahun 132H.                                                                                                                             
Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khaliffah Umayyah terakhir, marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab.  Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M.  Dan bedirilah Dinasti Abbasiyah yang di pimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash- Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
            Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan  yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik , sosial, dan budaya.  Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik ini, para sejarawan membagi masa pemerintahan menjadi lima periode:

a. Periode pertama (132 – 232 H / 750 – 847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b. Periode kedua (232 – 334 H / 847 – 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
c. Periode ketiga (334 – 447 H / 945 – 1055 M), masa kekuasaan dinasti Buahi dalam pemerintahan khalifah Abbasiah. Periode ini disebut juga pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat (447 – 590 H / 1055 – 1194 M). Masa kekuasaan dinasti Saljuk dalam pemerintahan Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turkikedua.
e. Periode kelima (590 – 656 H / 1194 – 1258 M). Masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

1.PemerintahanAs-Saffah
             Khalifah abbasiyah yang pertama adalah Abu Abbas, dialah yang diberi kepercayaan kepada pamannya Abdullah dalam perang melawan Marwan II, khalifah terakhir Bani Umayyah. Hingga akhir khalifah Abbas memberi kepercayaan kepada Salih Bin Ali untuk membunuh Marwan, yang kemudian kepala marwan dikirim kekhalifah Abbas. Saffah kemudian dipindah ke Anbar, dia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk memeragi pemimpin-pemimpin Arab yang membantu Umayyah. Dia mengusir mereka kecuali Abdurrahman yang tidak berapa lama kemudian mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol. Saffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu bani Umayyah. Ia membunuh Abu Salama, dikenal sebagai menteri (Wadi’) dari keluarga Nabi Muhammad, seperti halnya dia membunuh Abu Hubayra, salah satu dari pemimpin bani Umayyah zaman Marwan II setelah memberi kebebasan kepadanya. Kekhalifahan Saffah bertahan selama 4 tahun sembilan bulan. Dia wafat pada tahun 136 H di Anbar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tempat kedudukan pemerinyahannya.

2.Sistem Kekhalifahan Abbasiyah.
Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial dan pilitik diskriminasi. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam” pemimpin masyarakat muslim untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putramah kota raja. Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibukota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.

2.2  Masa kejayaaan daulah Abbasiyah
1.Bidang Pemerintahan.
v  Sistem Pemerintahan yang teratur dari tingkat pusat ke tingkat desa;
v  Urusan tata usaha negara dijalankan oleh Diwanul Kitabah dengan menterinya Raisal Kuttab dan dibantu oleh sekretaris-sekretaris urusan kehakiman, kepolisian, tentara, keuangan, dan surat-menyurat;
v  Di tingkat desa atau qurra, kepala desa (Syaikhul Qurra) diberi hak otonom untuk mengatur desanya;
v  Angkatan perang terdiri dari dua angkatan, yaitu angkatan darat dan angkatan laut.
v  Untuk mengurus keungan dibentuk Baitul Mal.
2. Gerakan penerjemahan.

          Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Dinasti Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa dinasti Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah Yunani dalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata negara dan sastra. Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pramatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
v  Baitul hikmah Baitul hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan.
v  Padamasa harun ar-rasyid Institusi ini bernama Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.
v  Pada masa al-ma’mun Lembaga ini dikembangkan sejak tahun 815 M dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia yang bernama Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.

3. Dalam bidang filasafat.

           Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik yang dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerak dan suara. Ya’kub ibnu Ishaq, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Bajah, Ibnu Tufail dan Ibn Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan menggunakan contoh, metamor, analogi, dan gambaran imajinatif.


4. Dalam bidang hukum Islam.

          Karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski dianggap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan kecuali dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

5. Perkembangan Ekonomi.

          Ekonomi dinasti Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri seperti: kain di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan negara lain. Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah. Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.

6.Dalam bidang Peradaban.

          Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunia timur dan dunia barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.

2.3 Perkembangan Ilmu dan Ilmuan yang Berpengaruh pada Masa daulah Abbasiyah
          Dalam perjalanan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat  ketimbang Bani Umayyah. Pergantian Dinasti Umayyah kepada  Dinasti  Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian khalifah kepemimpinan, lebih dari itu telah mengubah, menoreh wajah dunia islam dalam re fleksi kegiatan ilmiah. Khalifah pertama dinasti ini adalah Abu al-Abbas yang memerintah dalam waktu singkat, hanya 4 tahun (750-754 M). Karena itu, Pembina sebenarnya dari daulat ini adalah Abu Ja’far al-Manshur yang memerintah selama 21 tahun (754-775 M). Abu Ja’far al-Manshur dengan keras mengha-dapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasa-an.
Untuk mengamankan kekuasaannya tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkarkannya. Beliau juga memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru di buatnya, yang pada mulanya adalah al-Hasyimiyah  kemudian di pindahkan ke Baghdad, dekat ibu kota bekas Persia, tahun 762 M. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerinta-hannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudi- katif. Di bidang  pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir  sebagai koor- dinator departemen, wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara,sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping  membenahi angkatan bersenjata . Dia menunjuk Muhammad ibn Abd  al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti Umayyah ditingkatkan pe- ranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat, pada masa al-Manshur , jawatan pos ditugaskan untuk menghinmpun informasi di daerah-daerah, sehingga adminis- trasi kenegaraan berjalan lancar. Khalifah al-Manshur juga berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat dan memantapkan keamanan di  daerah perbatasan. Pada al-Manshur, pengertian khalifah pun berubah. Dia berkata, “innama ana sulth Allah fii ardhihii (sesungguh-nya saya adalah kekuasaan Tuhan di muka bumi-Nya)”. Di samping itu, ber- beda dengan Daulat Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai “gelar tahta”, seperti al-Manshur adalah gelar tahta Abu Ja’far. Gelar tahta itu lebih popular daripada nama yang sebenarnya.                      
         Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada khalifah-khalifah sesudah- nya. Pada masa al-Mahdi perekonomianan mulai meningkat  di sektor pertanian, melalui irigasi dan pe- ningkatan hasil pertambangan seperti emas, perak, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit  antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting. Akan tetapi, popularitaas Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan puteranya al-Ma’mun. Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi juga didirikan. Pada masanya sudah terdapat pa-ling tidak sekitar 800 orang dokter.
Dokter pertama yang terkenal adalah Ali ibn Rabban al-Tabari, selain itu juga ada al-Razi, Ibnu Sina dan al-Tusi. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara pe- nyakit cacar dengan measles. Di samping itu,  pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat ke- makmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pen-  didikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara islam menempatkan dirinya sebagai negara yang tak tertandingi. pemerintahannya’ penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani ia menggaji pe- nerjemah-penerjemah dari  golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak men- dirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah,pusat penerjemahan   yang berfungsi sebagai  perguruan tinggi dengan perpustakaan yang be-sar.
Selain itu, lembaga ini juga dikenal sebagai pusat kajian akademis dan perpustakaan umum, serta memiliki sebuah observatorium. Pada saat itu, observatorium-observatorium yang banyak bermuculan juga berfungsi sebagai pusat-pusat pembelajaran astronomi. Fungsi lembaga itu persis sama dengan ru-mah sakit, yang pada awal kemunculannya sekaligus berfungsi sebagai pusat pendidikan kedoktoran. Adapun pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama dibidang astro- nomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom islam yang pertama kali menyusun astrolabe.
Al-Farghani yang dikenal di Eropa dengan nama al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam ba-hasa latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam bidang optika Abu Ali al-Hasani ibn al-Haythami , yang di Eropa dikenal dengan nama al-Hazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa “mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat”. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya, bahwasanya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia terkenal nama Jabir ibn Hayyan, dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi,dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar . Kata aljabar berasal dari judul bukunya, yaitu al-jabr wa al-muqabalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas’udi yang juga ahli dalam ilmu geografi.
         Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusydi. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya adalah al-Syifa’. Ibn Rusydi yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averros, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut Averroisme.
        Demikianlah kemajuan yang pernah dicapai oleh pemerintahan islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, islam mengalami masa kemunduran.
2.4 Sebab-sebab kemunduran daulah Abbasiyah

A. Keruntuhan dari segi internal (dari dalam)
v  Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
v  Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
v  Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
v  Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
v  Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

B. Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar)
v  Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
v  Penyerbuan Tentara Mongol dibawah panglima Holako yang menghancurkan Baghdad. Kota Baghdad yang sebagai pusat pengetahuan dan kemegahan Islam menyerah di tangan panglima Holako setelah dikepung selama 50 hari. Khalifah Al-Mu’tashim, khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah, keluarga dan para pembesar kota Baghdad dibunuh dengan liciknya oleh laskar Holako. Sebagian besar dari penduduk kota itu disembelih bagaikan binatang.

       Dan mereka juga melakukan perampasan dan perbuatan-perbuatan yang sangat kejam dan ganas. Seluruh isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas seluruhnya. Istana dan gedung-gedung yang indah permai, madrasah, masjid-masjid yang mengagumkan mereka rusak. Kitab-kitab ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya mereka lempar ke sungai Tigris sampai menghitamkan aliran sungai dialiri lunturnya tinta. Di sana-sini terjadi pembakaran, sehingga api membakar seluruh kota. Peristiwa kelabu yang menyedihkan ini terjadi selama 40 hari lamanya. Di atas kota Bagdad tak ada lagi yang kelihatan kecuali tumpukan bekas reruntuhan dan kebakaran. Dengan wafatnya al-Mu’tashim dan runtuhnya kota Bagdad lenyaplah Dinasti Abbasiyah dari dunia ini, terkubur dalam kota Bagdad yang tengah hangus di bawah reruntuhan gedung-gedung dan istana yang dahulunya indah permai.




BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.
Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad.
Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat diantaranya adalah As-Syifa'.
3.2     Saran
Dari penjelasan di atas kita sebagai umat Islam dapat mengambil pelajaran. Sebuah sistem yang teratur akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal, seperti kisah pendirian dinasti Abbasiyah. Mereka bisa mendirikan dinasti di dalam sebuah negara yang dikuasai suatu dinasti yang menomorduakan mereka. Selain itu dari sejarah kekuasaan dinasti Abbasiyah ini kita juga bisa mengambil manfaat yang bisa kita rasakan sampai saat ini, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya kita yang hidup pada zaman modern bisa meneruskan perjuangan para ilmuwan zaman daulah Abbasiyah dahulu.
Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada dinasti besar ini agar tidak sampai terjadi pada diri kita dan anak cucu kita. Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan, sehingga mereka tega membantai hampir seluruh keluarga dinasti Umayyah yang notabene adalah sesama umat Islam. Selain itu kecerobohan yang terjadi pada masa dinasti Umayyah terulang lagi pada masa dinasti Abbasiyah yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dinasti Abbasiyah. Kebiasaan penguasa berfoya-foya menyebabkan runtuhnya kekuasaan yang telah susah payah mereka dirikan.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maududi, Abul A’la, Khilafah dan Kerajaan, Bandung: Mizan, 2006.
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Thoha Putra, 2003.
Syalaby, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997.
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja       Grafindo Persada, 2004.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Share:

No comments:

Post a Comment

Search This Blog