Cara Mensucikan Najis



Pengertian
Najis menurut arti bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan. Sedangkan menurut arti syara’ adalah sesuatu yang dianggap menjijikkan yang dapat mencegah sahnya shalat, sekiranya syara’ tidak memberikan toleransi (rukhsoh). Imam Nawawi al Jawi menyebutkan bahwa sesuatu yang berhukum najis ada dua puluh, yakni:
1.    Air kencing.
2.    Madzi.
3.    Wadi.
4.    Tinja.
5.    Anjing.
6.    Babi.
7.    Anak anjing dan babi.
8.    Sperma anjing dan babi.
9.    Nanah yang berubah rasa, bau, dan warnanya.
10. Nanah yang bercampur dengan darah.
11. Nanah.
12. Empedu.
13. Cairan yang memabukkan.
14. Sesuatu yang keluar dari perut (muntahan atau yang lain).
15. Air susu hewan yang haram dimakan.
16. Bangkai selain bangkai manusia, ikan, dan belalang.
17. Darah selain hati dan limpa.
18. Makanan yang dikeluarkan dari perut binatang untuk dimakan lagi (mamahan atau gayeman).
19. Air liur yang berasal dari perut.
20. Asap dari sesuatu yang najis.

Pembagian Najis
1. Najis dilihat dari segi bentuk atau wujudnya ada dua macam;
A.   Najis hukmiyah, yakni najis yang tidak mempunyai bentuk (jirim), rasa, warna, ataupun bau.
B.   Najis ‘ainiyah, yakni najis yang mempunyai salah satu dari bentuk (jirim), rasa, warna, ataupun bau.
2. Najis dilihat dari tingkatan hukumnya ada tiga macam;
A.   Najis mukhoffafah, yakni najis yang berupa air kencing anak laki-laki kecil yang belum mencapai usia dua tahun dan belum makan selain ASI (air susu ibu) untuk tujuan menambah pertumbuhannya. Cara mensucikannya adalah cukup dengan memercikkan air di permukaan sesuatu yang terkena najis, sekalipun tidak sampai mengalir.
B.   Najis mutawassithoh, yakni najis-najis selain najis mukhoffafah dan mugholladhoh. Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan jirim, dan semua sifat-sifatnya (bau, rasa, warna), kemudian disiram dengan air. Hanya saja apabila masih tersisa warna atau bau yang sulit dihilangkan, maka sudah dianggap suci.
C.   Najis mugholladhoh, yakni anjing, babi, dan anak keduanya atau salah satunya. Cara mensucikannya adalah dengan dibasuh sebanyak tujuh kali, yang salah satu basuhannya dicampur dengan debu atau sejenisnya; seperti lumpur dan pasir yang mengandung debu. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi :

طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ، إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ، أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ، أُوْلاَهُنَّ بِالتُّرَابِ. (رواه مسلم)
Sucinya bejana kalian semua, ketika dijilat anjing, adalah dengan membasuhnya sebanyak tujuh kali yang salah satunya (dicampur) dengan debu.” (HR. Muslim)

Catatan:
1) Najis yang sudah tidak mempunyai warna, bau dan rasa (najis hukmiyyah), maka cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada tempat yang terkena najis.
2) Dalam mencampur debu dengan air dapat menggunakan salah satu dari tata-cara sebagai berikut:
a) Air dan debu dicampur secara bersamaan kemudian diletakkan pada tempat yang terkena najis. Cara penyampuran ini adalah yang paling utama dari cara yang lain, bahkan Imam Asnawi melarang untuk menggunakan cara selain ini.
b) Debu diletakkan terlebih dahulu pada tempat yang terdapat najis, kemudian menuangkan air, lalu keduanya dicampur sebelum dibasuh.
c) Kebalikan dari cara yang kedua, yakni air dituangkan ke tempat yang terdapat najis, kemudian debu diletakkan, lalu keduanya dicampur sebelum dibasuh.
Apabila menggunakan cara yang pertama dan kedua, maka disyaratkan jirim najis sudah hilang. Tujuh kali basuhan mulai dihitung setelah ‘ainiyah najis dihilangkan. Apabila ‘ainiyah najis tersebut tidak bisa hilang kecuali dengan enam basuhan, maka menurut qoul mu’tamad yang dianggap shohih oleh Imam Nawawi, enam basuhan tersebut masih dihitung satu kali basuhan.
Najis mugholladhoh apabila dibasuh dalam air sungai yang mengalir dan keruh, maka cukup digerak-gerakkan sebanyak tujuh kali, tanpa harus dicampur dengan debu.

Contoh Pelaksanaan
Contoh praktis menghilangkan najis mukhoffafah;
1. Air kencing dihilangkan ‘ainiyahnya terlebih dahulu hingga kering.
2. Air dipercikkan secara merata tanpa harus mengalir.
3. Air percikan dibiarkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan dengan kain suci.
a) Contoh praktis menghilangkan najis mutawassithoh yang berupa kotoran ayam di lantai;
1) Dihilangkan jirim dan sifat-sifat najis dengan kulit kelapa, kain atau yang lain, sehingga berubah dari ‘ainiyah menjadi hukmiyyah,
2) Setelah itu, ditunggu sampai kering dan mengalirkan air suci di atas tempat yang terkena najis tersebut.
b) Contoh praktis menghilangkan najis mugholladhoh yang berupa jilatan anjing di lantai;
1) Sediakan air yang dicampur dengan debu secukupnya, yang keduanya suci mensucikan,
2) Kotoran anjing dihilangkan jirimnya dengan menggunakan kain, kulit kelapa, atau juga bisa dengan menggunakan air, sampai tidak tersisa jirimnya,
3) Tempat yang terkena najis dibasuh dengan air yang telah dicampur dengan debu sampai merata,
4) Dilanjutkan dengan basuhan air suci sebanyak enam kali jika dalam menghilang-kan jirimnya dengan menggunakan selain air, dan lima kali bila menggunakan air.

Jenis Najis yang Dima’fu
Ada beberapa jenis najis yang dima’fu, yakni;
1. Najis yang dima’fu baik berada pada pakaian maupun air, yaitu najis yang tidak dapat dilihat oleh mata; seperti percikan air najis yang mengenai pakaian.
2. Najis yang dima’fu pada pakaian saja (tidak dima’fu bila berada di air), yakni darah yang sedikit.
3. Najis yang dima’fu pada air saja (tidak dima’fu pada pakaian), yakni seperti bangkai binatang yang tidak mengalir darahnya; seperti bangkai nyamuk, cicak, kutu, dan kecoak.

Catatan:
Termasuk darah yang dima’fu adalah:
A.   Darah hewan yang tidak mengalir darahnya; seperti nyamuk, kutu, semut, cicak dan lainnya. Apabila tidak sengaja mengeluarkannya, baik banyak atau sedikit, maka hukumnya tetap dima’fu, dan apabila disengaja, maka hanya yang sedikit saja yang dima’fu. Adapun bangkainya hukumnya najis tanpa ada hukum ma’fu.
B.   Darah semisal luka atau semacamnya; seperti jerawat, bisul dan lainnya. Apabila disengaja maka yang dima’fu hanya yang sedikit, dan bila tidak sengaja sedikit ataupun banyak tetap dima’fu.
Share:

Kenapa do'a saya tidak dikabulkan?




WAWANCARA IMAJINER DENGAN SYEIKH IBRAHIM BIN ADHAM
(Kenapa Do’a Saya Tidak Dikabulkan)
Oleh : M. A’an Syahriyyar Masyhuri

Kalau dulu Gus Dur pernah melakukan wawancara imajiner nya dengan DR. Nur Kholis Madjid dimajalah Editor, Almarhum memulainya dengan guyonan cerdasnya : “ kalau dulu Christianto Wibisono mewawancarai Bung Karno secara imajiner, tidak berarti hak melakukan wawancara jenis itu menjadi monopolinya.

Seandainya ia bisa menunjukkan hak paten tertulis sekalipun, baik dari lembaga domistik maupun Internasional, saya tetap saja dapat melakukan wawancara imajiner tentang DR. Nur Kholis Madjid, sebabnya ? karena Christianto menjadikan tokoh yang diwawancarainya sebagai sumber berita, sedang saya justru mencari sumber itu diluar si tokoh”. Demikian halnya dengan Gus Mus, yang mengawali wawancara imajinernya dengan Hadratus Syeikh Hasyim As’ari di Risalah NU tahun 80-an pasca Muktamar Situbondo, “seandainya Christianto maupun Gus Dur bisa menunujukkan hak paten tertulis sekalipun, baik dari lembaga domistik maupun Internasional, saya tetap saja dapat melakukan wawancara imajiner dengan Hadratus Syeikh. Sebabnya ? karena Christianto menjadikan tokoh yang diwawancarai itu sumber berita dan Gus Dur mencari sumber itu diluar si tokoh, sedang saya hanya sekedar ingin “berkangen-kangenan” secara imajiner dengan tokoh saya”.

Ungkapan yang sama juga bisa saya kemukakan sekarang ini untuk mengawali keikut sertaan saya dalam berlatah-latahan melakukan wawancara imajiner. Seandainya Christianto, Gus Dur, maupun Gus Mus bisa menunujukkan hak paten tertulis sekalipun, baik dari lembaga domestic maupun Internasional, saya tetap saja dapat melakukan wawancara imajiner dengan Syeikh Ibrahim bin Adham sekaligus didampingi Romo Kyai Djamaluddin Ahmad. Sebabnya ? karena Christianto menjadikan tokoh yang diwawancarai itu sumber berita, Gus Dur mencari sumber itu diluar si tokoh, dan Gus Mus hanya sekedar ingin “berkangen-kangenan”dengan Mbah Hasyim, sedang saya hanya sekedar ingin menimba Ilmu “ngaji” dan meminta wejangan secara imajiner kepada “guru” saya.

Menyebut “guru” kepada Syeikh Ibrahim bin Adham mungkin sama sekali tidak layak bagi saya, karena dengan demikian saya terkesan tidak punya malu kok tiba-tiba mengaku dan mengangkat diri sendiri sebagai murid beliau (ora duwe toto kromo lan gak duwe isin), meskipun hanya sekedar imajiner. Lebih tepatnya saya adalah pengagum sosok yang bernama lengkap Abu Ishak Ibrahim bin Adham, seorang shufi yang dilahirkan di Balkhah (wilayah Khurasan) oleh pasangan yang berasal dari keluarga bangsawan Arab tersebut (wa nafa’ana bihi wa bi “ulumihi).

Kekaguman saya terhadap beliau dimulai saat saya mengikuti pengajian rutin Al Hikam tiap hari Senin malam Selasa yang diasuh oleh Romo Yai Djamal, ketika saya masih mondok dan ngaji pada beliau di Bumi Damai Al Muhibbin Tambakberas Jombang. Saat itu Abah Djamal sedang menceritakan tokoh besar dalam dunia tasawwuf tersebut untuk kita tauladani, semakin lama kekaguman saya semakin menjadi-jadi, hingga entah apa yang terjadi tiba-tiba saya telah berada ditengah-tengah keramaian sebuah pasar tradisional bersama Abah Djamal, pasar tersebut penuh sesak oleh orang yang postur tubuhnya relative lebih besar dan lebih tinggi, khas perawakan orang-orang Arab. Setelah saya sadari, ternyata kami memang sedang berada disebuah pasar tradisional disalah satu daerah di Arab, dalam keadaan terdiam antara percaya dan tidak percaya tiba-tiba saya dikejutkan tepukan tangan Abah Djamal dipundak saya sambil berkata “ An, aku sengaja mengajakmu ke tempat ini, aku ingin kamu belajar “ngaji” kepada seseorang yang sebentar lagi akan aku perkenalkan kamu kepadanya”, aku masih tetap terdiam dalam tanda tanya besar, bagaimana caranya saya tiba-tiba bisa berada disini, dengan apa, kapan, bagaimana, saya tidak mengetahui prosesnya.

Selang beberapa saat, ada seorang pengembara sedang memanggul kayu bakar untuk kemudian menjualnya ke salah satu pedagang, namun anehnya “hingga membuat perhatian saya tertuju kepadanya” kenapa setelah capek-capek membawa kayu bakar untuk dijual namun kemudian uang hasil penjualan kayu bakar tersebut malah langsung dibagi-bagikan semuanya kepada orang-orang miskin disekitar situ, hingga tak ada sisa sedikitpun untuk dirinya sendiri. Belum hilang keheranan saya tiba-tiba tangan saya ditarik oleh Abah Djamal dengan langkah agak cepat untuk menghampiri orang itu, kemudian Abah mengucapkan salam kepadanya “Assalamu’alaikum Syeikh” orang itu dengan ramah menjawab “Wa’alaikum salam, sedang apa disini?” Abah menjawab “ saya ingin mengenalkan Syeikh pada santri saya ini” orang itu bertanya lagi “untuk apa?” Abah menjawab lagi “agar ngaji sama Syeikh”, setelah itu Abah bilang kepada saya “ An, beliau adalah Syeikh Ibrahim bin Adham yang sering tak ceritakan” setelah mengetahui bahwa orang yang ada didepan saya adalah sosok yang saya kagumi selama ini, entah karena dorongan apa saya langsung saja tanpa malu menghampiri dan mencium tangannya, tapi entah kenapa beliau langsung menarik tangannya dengan raut wajah yang Nampak tidak senang memandangi saya, sambil berkata “Kamu gak punya hak marah sama Alloh karena do’a-do’amu tidak terkabul, dan menyangsikan kebenaran Firmanya Ud’uni Astajib lakum, berkacalah pada dirimu sendiri”, saat itu bukan main kekagetan saya pada baru kali ini ketemu, kenapa beliau bisa tahu kalau akhir-akhir ini saya memang agak menyangsikan ayat itu, dikarenakan do’a-do’a saya belum ada yang terkabul, padahal saya sedang menghadapi masalah besar dalam kondisi jiwa yang labil, dalam hati saya protes dan bertanya “kenapa?”, belum hilang kekagetan saya, Syeikh Ibrahim sudah berkata lagi “kamu gak usah kaget dan heran” Subkhanalloh saya semakin tercengang, perasaan saya tidak menentu dalam hati semua bercampur aduk antara takut malu, sungkan, kagum, hingga membuncah dan seakan mau meledak, kemudian saya dengan diliputi rasa segan dan sungkan tanpa berani menatap wajahnya memberanikan diri bertanya “lantas apa yang harus saya lakukan Syeikh?” dengan nada bicara yang mulai agak lunak beliau menjawab “An, kenapa do’a kamu tidak dikabulkan, padahal Alloh berfirman Berdoalah kamu sekalian kepadaku, niscaya akan Aku kabulkan do’a kamu sekalian?, hal itu dikarenakan hatimu mati” kemudian saya sambil agak gugup kembali bertanya “Syeikh, apakah yang menyebabkan hati saya mati?” Syeikh Ibrahim menjawab “An, ada delapan hal yang menyebabkan hatimu mati yaitu, kamu mengetahui Alloh tapi kamu tidak tunaikan perintahnya, kamu baca Al Quran tapi tidak kamu amalkan ajaran-ajarannya, kamu menyatakan cinta kepada Rosululloh tapi kamu tidak mengamalkan Sunnahnya, kamu mengatakan takut mati tapi kamu tidak bersiap-siap untuknya, Allah berfirman “Sesungguhnya syetan itu musuh kamu sekalian, maka perlakukanlah ia sebagai musuh” tapi kamu malah berkelompok dengannya untuk berbuat dosa, kamu mengatakan takut neraka tapi kamu malah menganiaya dirimu sendiri dalam neraka dengan perbuatan dosa, kamu mengatakan cinta kepada surga tapi kamu tidak beramal untuk mendapatkannya, apabila kamu bangun dari tempat tidur kamu melemparkan aibmu sendiri kebelakang punggungmu dan membentangkan aib orang lain dihadapanmu lalu kamu membuat Alloh murka, kalau begini bagaimana mungkin Alloh akan mengabulkan do’amu An”.
Setelah itu beliau langsung berpamitan dengan mengucapkan salam, saat saya masih mencerna wejangan beliau “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh”.
Share:

Bisnis yang Tak Akan Pernah Merugi, Berbisnis dengan Allah




Top of Form
Bottom of Form
SEBAGAI orang beriman tentu kita tahu dan sadar bahwa diri kita dan apapun yang ada di dunia ini milik Allah. Apalagi Allah telah menegaskan hal ini dalam kitab sucinya:
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.  (Al-Baqarah [2]: 284)
 
Karena itu, sesungguhnya Allah memiliki kuasa penuh atas semua yang dimilikinya, termasuk terhadap diri kita. Apakah Allah mau menghidupkan, mematikan, melapangkan rizki atau menyempitkannya, memberi nikmat atau mengazab; semuanya terserah Dia.

Dengan demikian sesungguhnya manusia sangat tergantung kepada kehendak Allah. Seandainya ada banyak orang hendak membunuh si fulan, tapi kalau Allah berkehendak menghidupkan dia, maka dia akan tetap hidup, sebagaimana Allah telah menyelamatkan dan membiarkan Nabi Ibrahim tetap hidup meskipun dia dihukum bakar oleh rezim Raja Namruz.

Begitu pula sebaliknya, meskipun si fulan dijaga kesehatannya oleh sebuah tim yang terdiri dari puluhan dokter yang sangat ahli, namun kalau Allah berkehendak mematikannya, maka tak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan nyawanya.

Karena begitu mutlaknya kekuasaan Allah terhadap manusia, maka sepatutnya manusia takluk dan menyerah kepada Allah. Seharusnya dia tunduk dan patuh atas apa saja yang Allah perintahkan kepada-Nya. Kalau ada sepasukan tentara yang menyerah kalah kepada lawannya lalu menjadi tawanannya, maka di bawah todongan senjata, tentara itu akan mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh musuhnya. Begitu pula para budak kerajaan, akan selalu mematuhi apa saja perintah raja, meskipun raja tidak memberikan upah sepeser pun kepada mereka.

Kita sadari, Allah jauh lebih berkuasa daripada raja ataupun musuh tentara itu. Allah tidak hanya dapat mematikan sepasukan tentara manusia, tetapi Dia dapat mematikan semua tentara yang ada di muka bumi secara serentak. Semua itu mudah bagi Allah. Karena itu seharusnya perintah Allah lebih dipatuhi daripada perintah siapapun yang ada di bumi ini.

Menariknya, meskipun kekuasaannya begitu mutlak, meski kita semua adalah ciptaan-Nya dan budak-Nya, namun karena Allah memiliki sifat asy-Syakur  (Maha Balas Jasa) dan  al-Haliim (Maha Penyantun), Dia tidak memerintahkan sesuatu kecuali Dia akan memberikan balas jasa kepada hamba yang Dia perintahkan. Perintah-Nya tidak gratis, tapi ada bayaran-Nya.

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Baqarah [2]: 281)
Yang lebih menarik lagi, bayaran yang Allah tawarkan bukan dalam kerangka kesepakatan kerja majikan-buruh, karena biasanya buruh digaji lebih kecil daripada jerih payahnya. Yang Allah tawarkan dalam al-Qur`an adalah kerangka kesepakatan bisnis, berupa pinjam-meminjam dengan bunga pinjaman yang berlipat ganda serta jual-beli dengan nilai tukar yang sangat tidak sebanding; ibarat meminjam seekor nyamuk lalu mengembalikan dalam bentuk seekor kuda atau membeli seekor lalat dengan bayaran seekor unta.

Berikut ini transaksi pinjam meminjam yang Allah tawarkan:

إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.“ (QS: At-Taghabun [64]:17).
 
Adapun transaksi kedua yang Allah tawarkan adalah transaksi jual-beli atau perdagangan:

إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah [9]: 111)
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS Faathir [35]: 29)

Jadi setiap orang yang sudah baligh (mencapai usia kesempurnaan akal) adalah pebisnis yang bertransaksi dengan Allah.
 
Semua modal bisnisnya (kehidupannya, kesempurnaan tubuhnya, kesempurnaan akalnya, kesehatannya, kepandaiannya, perasaannya, intuisinya, dan lain-lain) berasal dari Allah. Dia tinggal memutar roda usahanya dengan modal tersebut. 
 
Transaksi bisnisnya adalah semua perbuatan dirinya sejak dia baligh sampai malaikat maut datang menjemputnya. Dan semua transaksi itu tercatat rapi serta detil. Tak ada secuil pun, bahkan tak ada sebesardzarrah (atom) pun yang terluput oleh malaikat sang juru catat.

 وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ
وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ

“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS Al-Qamar [54]: 52-53)
 
Begitu detilnya buku catatan itu, sehingga kelak para pendosa terperanjat kaget ketika menerima rapor mereka yang kebakaran itu.
 
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun". (Al-Kahfi [18]:49)
 
Setelah itu seluruh manusia dikumpulkan pada sebuah forum pengadilan yang dipimpin oleh Sang Pemilik Modal sendiri selaku Ahkamil Hakimin (Sang Hakim Yang Maha Adil) di suatu hari yang dinamakan Yaumul Hisab (Hari Penghitungan rugi/laba).

 وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئاً وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)-nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS Al-Anbiya [21]: 47)
 
 
Berapa banyak manusia yang berhasil membukukan laba? Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Sang Pemilik Modal Yang Maha Kaya—sekaligus Sang Hakim Maha Adil—itu telah menyebarkan bocoran informasi bahwa hampir semua “mitra bisnisnya” gagal membukukan laba. Hasil auditing terhadap terhadap neraca keuangannya menunjukkan hasil bahwa bisnis mereka membukukan kerugian. 
 
Tapi ada juga yang membukukan keuntungan dalam berbisnis dengan Allah.  Siapa mereka? Simak saja bocoran di bawah ini:

وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (gagal membukukan laba dalam bertransaksi dengan Allah), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr [103]: 1-3).
Share:

Doa dan Amalan untuk Menguatkan Hafalan



1. Amalan untuk orang yang sering pelupa.
Bacalah dua ayat ini sebanyak seratus kali dalam sehari.
وتعيها أذن واعية  (الحاقة 12)  سنقرئك فلا تنسي (الأعلى 6)
2. Do’a sebelum menghapal al-Qur’an.
Imam as-Syazily menuturkan ”Di antara sebab yang dapat memudahkan dalam menghapal al-Qur’an adalah membaca bait syair dibawah ini:
كلام قديم لايمل سماعه                              تنزه عن قول وفعل ونية
به أشتفي من كل داء ونوره                                  دليل لقلبي عند جهلي وحيرتي
فيا رب متعني بسر حروفه                              ونور به عقلي وسمعي ومقلتي
3. Bacaan ayat-ayat al-Qur’an untuk mempermudah menghapal.
Bacalah ayat ini sebanyak sepuluh kali dalam sehari, yaitu:
ففهمناها سليمان وكلا آتينا حكما وعلما وسخرنا مع داود الجبال يسبحن والطير وكنا
فاعلين    الأنبياء آية 79
Setelah membaca ayat tersebut bacalah do’a ini:
((يا حيّ يا قيوم يا ربّ موسى وهارون وربّ إبراهيم, ويا ربّ محمّد صلّي الله عليه وسلم وعليهم أجمعين, ارزقني الفهم وارزقني العلم والحكمة والعقل برحمتك يا أرحم الرّاحمين)).
4. Faidah supaya kuat hapalan al-Qur’an dan pelajaran.
Dari Ibnu Mas’ud ra. Rasulullah saw. bersabda “Barangsiapa yang takut hilang hapalan al-Qur’annya setelah menghapal dan ilmu pengetahuan setelah belajar maka hendaklah membaca “:
((اللّهم نوّر بالكتاب بصري, واشرح به صدري, واستعمل به بدني, وأطلق به لساني, وقوي به جناني (قلبي), واشرح به فهمي, وقوي به عزمي بحولك وقوّتك فإنّه لا حولا ولا قوة إلاّ بك يا أرحم الرّاحمين)).
Dan untuk menguatkan hapalan bacalah ayat ini, setelah selesai salat lima waktu:
{سنقرئك فلا تنسي} sebanyak 7 kali, dengan meletakan tangan kanan di kepala.
5. Do’a supaya jangan pelupa apa yang telah dihapal.
Sering-seringlah baca do’a ini, terutama ketika selesai salat:
((اللّهم افتح عليّ فتوح العارفين بحكمتك, وانشرعلي رحمتك, وذكرني ما نسيت يا ذا الجلال والإكرام)).
Dan bacalah do’a ini sebelum belajar:
((اللّهم إني أستودعك ماعلمتنيه فاردده إلي عند حاجتي إليه, ولا تنسنيه يا ربّ العالمين, اللّهم اخرجنا من ظلمات الوهم, وأكرمنا بنور الفهم, وافتح علينا بمعرفة العلم, وحسن أخلاقنا بالحلم, وسهّل لنا أبواب فضلك, وانشر علينا من خزائن رحمتك يا أرحم الرّاحمين)).
6. Amalan dari Imam Nawawi.
Imam Nawawi menuturkan ”Barangsiapa yang sering lupa apa yang dipelajarinya, maka hendaklah ia memperbanyak:
((يا مبدئ يا معيد)).
7. Amalan untuk mudah menghapal al-Qur’an.
Para ulama salaf menganjurkan supaya membaca ayat ini ketika mau tidur. Ayatnya yaitu, firman Allah swt:
}إنّ في خلق السموات والأرض واختلاف اللّيل والنّهاروالفلك الّتي تجري في البحر بما ينفع النّاس{ (البقرة : 164).
8. Amalan Salawat untuk menguatkan hapalan
Bacalah Salawat ini setiap hari, yaitu:
((اللهم صل وسلم وسلم وبارك علي سيدنا ومولانا محمد النور المذهب للنسيان لنوره في كل لمحة ونفس عدد ماوسعه علم الله)). ( )
9. Supaya cepat faham dan mudah hapal.
- Bacalah surah al-Fatihah sebanyak 41 kali pada waktu sahur (waktu sebelum salat Subuh).
- Bacalah Asma al-Husna ini setiap hari sebanyak seratus kali: ((يا مبديء يا خالق))
10. Supaya dimudahkan dalam setiap perkara.
bacalah
((يا لطيف)) pada Pagi dan Sore sebanyak 129 kali. ( )
11. Amalan supaya dikabulkan do’anya.
Bacalah
((يا سميع يا بصير )) sebanyak seratus kali dalam sehari.
12. Agar dimudahkan menghapal.W
Imam Sayyidina Hasan mengatakan ”Barangsiapa banyak membaca salawat ini, maka insyallah diberi kemudahan dalam menghapal:
((صلي الله علي سيدنا محمد مفتاح المعارف وعلي آله وصحبه عدد حسنات كل عارف وغارف)).
13. Pesan-pesan Imam al-Ghazali, bagi siapa saja yang menginginkan kemudahan dalam menghapal, pesan beliau adalah:
1. Selalu melazimi ketaatan.
2. Meninggalkan maksiat.
3. Membaca al-Qur’an dengan melihat Mashaf.
4. Minum madu.
5. Makan buah kandar dicampur dengan gula.
6. Makan anggur kering yang berwarna merah sebanyak 21 biji pada Pagi hari sebelum makan yang lain. ( )
Do’a Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad ketika memulai pelajaran:
((نويت التعلم والتعليم, والتذكرة والتذكير, والنفع والإنتفاع, والإفادة والإستفادة, والحث على التمسك بكتاب الله, وسنة رسول الله, والدعوة إلي الهدي, والدلالة على الخير, ابتغاء مرضات الله, وقربه وثوابه, بسم الله)).
Ada juga tambahan dari pengikut blog ini, yaitu:
Disebutkan di kitab HISNUL HASIN pinggir/hamisy kitab KHOZINATU ASROR hal 105 bahwa,barang siapa yang ingin hafal alQur’an maka hendaknya melakukan sholat sunah empat raka’at di pertengahan malam(jam 12 mlm) jum’at atau sepertiga yang ahir,rakaat pertama setelah baca fatihah membaca surat yaasiin,raka’at kedua setelah fatihah membaca surat adDukhon,rakaat ke tiga setelah fatihah membaca surat assajdah dan rakaat ke empat setelah fatihah baca surat almulk/tabarok,selesai sholat baca hamdalah dan bersholawat pada nabi serta membaca istighfar untuk mukminin mukminat lalu baca do’a” ALLAHUMMARKHAMNI BITARKIL MA’AASII ABADAM MAA ABQOITANII WARKHAMNII AN ATAKALLAFA MAA YA’NIINII WARZUQNII KHUSNANNAZHORI FII MAA YURDIIKA ‘ANNII.ALLAHUMMA BADII’ASSAMAAWAATI WAL ARDHI DZALJALAALI WAL IKROOM WAL GHIIROTILLADZII(ada yg wal’izzatilladzi)LAA TUROOM AS’ALUKA YAA ALLAHU YAA ROKHMAANU BIJALAALIKA WANUURIWAJHIKAL ANTULZIMA QOLBII KHUBBA KITAABIKA KAMAA ‘ALLAMTANII WARZUQNII AN ‘ATLUAHU ‘ALANNAKHWILLADZII YURDIIKA ‘ANNI ALLAHUMMA BADII’ASSAMAAWAATI WAL ARDHI YAA DZAL JALLALI WAL IKROOM WA ‘IZZATILLADZII LAA TUROOM AS’ALUKA YAA ALLAH YAA ROKHMAANU BIJALAALIKA WANUURIWAJHIKA ANTUNAWWIRO BILKTAABI BASHORII WA ANTUTLIQO BIHII LISAANII WA AN TUFARRIJA BIHII ‘ANQOLBII WA ANTASHROKHA BIHII SHODRII WA AN TASTA’MILA BIHII BADANII FAINNAHUU LAA YU’IINANII ‘ALALHAQQI ILLA GHOIRUK WALAA YU’TIIHI ILLAA ANTA WALAA KHAULA WALLA QUWWATA ILLAA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘ADZIIM.selesai.lakukan dan dawamkan inii minimal sampe lima jum’at,insyya allah kuat hafalannya dan tidak mudah hilang,ini saya terima dari guru tahfidz sya dan alhamdulillah masih saya amalkan.sekian mohon maaf dan mudah-mudahan ber manfaat.amiin

Share:

Search This Blog